Social Icons

Kamis, 26 November 2015

PEMIMPIN SEBAGAI TELADAN

KANTIN (KAJIAN RUTIN)

PEMIMPIN SEBAGAI TELADAN

Seorang pemimpin itu harusnya seperti apa sih? Ketika pertanyaan itu dilontarkan ke orang-orang, akan banyak jawaban yang kita dapat. Tetapi akan ada seluruh jawaban itu akan menjurus ke satu poin utama. Seorang pemimpin haruslah bisa menjadi teladan bagi umatnya. Lantas pemimpin yang seperti apa sih? Berikut resume singkat Kajian Rutin (Kantin) jum’at lalu (20/11) mengenai “Pemimpin Sebagai Teladan”.
Islam mengkaji seorang pemimpin sebagai suatu hal yang sangat penting. Begitu pentingnya sosok seorang pemimpin hingga islam mengajarkan untuk tidak ada vakum kepemimpinan. Bahkan ketika wafatnya Rasulullah, umat islam lebih dahulu membicarakan tentang pemimpin pengganti rasulullah dibanding proses pemakaman rasullah. Tidak hanya itu, begitu pentingnya seorang pemimpin dimata islam, hingga dianjurkan jika ada dua orang yang berpergian bersama, maka satu orang diantaranya haruslah menjadi pemimpin dalam perjalanan tersebut.
Betapa pentingnya seorang pemimpin, tentunya kita tidak bisa sembarangan memilih seorang untuk menjadi sosok pemimpin. Nah, berikut karakter-karakter yang bisa menjadi teladan yang sepatutnya dimiliki oleh sosok seorang pemimpin.
1.       Seorang pemimpin bukanlah orang yang meminta ‘jabatan’.
Ia tidak berambisi terhadap jabatan ‘pemimpin’, tetapi ia dapat menjadikan jabatan yang dimilikinya itu untuk mensejahterakan umatnya.
2.       Seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, cerdas, dan memiliki potensi untuk kebaikan umat.
Sebagai contoh Umar Bin Khattab yang dikenal memiliki karakter ideal sebagai seorang panglima, tetapi rasulullah tak pernah menjadikan beliau panglima perang, karena rasulullah tahu bahwa potensi lain Umar Bin Khattab adalah sebagai negarawan. Maka rasulullah menyiapkan Umar Bin Khattab sebagai seorang negarawan.
Pemimpin juga harus cerdas, salah satunya adalah dengan memiliki kemampuan ber Al-qur’an yang baik, memahami Sunnah-sunnah rasulullah dan kaidah fiqih dengan baik pula.
Seorang pemimpin sebaiknya harus akrab dengan buku, ilmu, dan kajian-kajian ulmu, dengan begitu ia akan memiliki wawasan yang luas. Sebagai contoh adalah Umar Bin Khattab yang semasa muda pernah disuruh untuk berdagang ke Persia. Bukannya justru berdagang, beliau justru memilih untuk belajar dan melihat-lihat bangunan di Persia.
3.       Pemimpin harus penyantun, penuh kasih sayang, lemah lebut, dan ramah.
Rasulullah memiliki sifat lemah lembut yang menjadikan rasulullah disukai oleh para sahabat. Karena pemimpin yang kasar dank eras tidak akan mendapat simpati bahkan ketaatan dari umatnya. Padahal seorang pemimpin bukanlah siapa-siapa tanpa umat yang dipimpinya.
4.       Pemimpin harus bersahabat, terbuka, memiliki sifat yang cair serta kehangatan.
Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah tidak bersikap kaku sama sekali. Tak jarang ia bercanda, namun tetap dengan candaan yang baik, yaitu candaan yang tidak berbohong dan tidak menyakiti orang lain.
5.       Pemimpin harus berani, sportif, dan memiliki fisik yang kuat.
Pada zaman kekhalifahan Rasulullah, umat islam berperang sebanyak 3 kali dalam setahun. Pada tiga tahun pertama, peperangan dilakukan disekitar Madinah, dan pada lima tahun berikutnya, peperangan dilakukan jauh dari Madinah untuk ekspansi wilayah islam. Bahkan Rasulullah melakukan perang badar pada usia yang sudah menginjak 54 tahun.
Ketika membahas tentang peperangan, banyak yang bertanya mengapa perang harus dilakukan? Perang dilakukan untuk menyebarkan ajaran islam pada zaman rasulullah, tetapi di zaman sekarang, perang tidak harus diakukan dengan cara kekerasan tersebut.
Pada zaman sekarang, pemimpin harus bisa melakukan perang-perang advokasi, terutama advokasi tentang ajaran islam untuk memberi pemahaman bahwa islam tidak boleh dipahami secara parsial, juga untuk memerangi penyimpangan terhadap ajaran islam, serta advokasi dari upaya-upaya pengaburan (sebagai contoh orang-orang yang memiliki pemikiran bahwa islam adalah teroris)
6.       Pemimpin harus dapat dipercaya (Shidiq/ Al-Amin).
Masyarakat qurais sangat percaya kepada Rasulullah dengan menitipkan barang dagangannya kepada Rasulullah. Biarpun mereka membenci dakwah islam yang dibawa oleh Rasulullah, tetapi mereka tetap menitipkan barnag dagangannya kepada Rasulullah karena rasulullah adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya.
7.       Pemimpin harus Tawwadu’.
Seorang pemimpin tidak boleh memiliki sifat tinggi hati atau sombong, ia juga tidak boleh semena-mena. Seorang pemimpin harus rendah hati.
8.       Pemimpin harus memiliki ksediaan untuk memaafkan dan berlapang dada.
Ketika seseorang menjadi pemimpin, ia akan dihadapkan oleh umat yang memiliki berbagai karakter. Dalam memahami setiap karakter tersebut, seorang pemimpin harus bisa memaafkan. Sebagai contoh adalah kisah hindun, seorang yang di zaman jahilnya pernah membunuh paman nabi yaitu Hamzah kemudian secara keji membelah tubuh hamzah dan mengunyah hatinya. Kemudian, saat Fathul Makkah, Hindun menyatakan dirinya masuk islam dan berbai’at kepada Rasulullah. Pada awalnya, Rasulullah terlihat belum bisa memaafkan Hindun tetapi ia tahu sebagai seorang pemimpin, ia harus bisa memaafkan umatnya.
9.       Pemimpin harus bisa menepati janjinya.
Dahulu, Rasulullah pernah menjanjikan Surakah gelar Qisrah apabila Persia berhasil ditaklukkan. Namun, hingga akhir hidupnya, Rasulullah belum bisa memenuhi janji tersebut. Maka, dengan bantuan dan izin Allah swt, Allah memenuhi janji Rasulullah kepada Surakah. Saat Persia berhasil ditaklukkan di zaman Umar Bin Khattab, Umar Bin Khattab menghadiahi Surakah dengan gelar Qisrah.
10.   Terakhir, seorang Pemimpin harus sabar.
Itulah ringkasan singkat tentang “Pemimpin Sebagai Teladan” yang dijelaskan dalam Kantin. Semoga, kajian ini dapat memberi manfaat dan tambahan ilmu serta menambahkan keimanan kita kepada sAllah swt. Aamiin ya Rabbal ‘alamin J (Fi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Saudara ke blog KAMMUS FKG UGM ini, semoga silaturahmi tetap terjaga
 
 
Blogger Templates