Social Icons

Jumat, 16 Oktober 2015

Kajian Rutin "Masih Ragu untuk Jujur?"

Tashdiq merupakan parameter terlemah dari keimanan seseorang. Ketika seseorang sudah ber-Tashdiq, artinya ia telah membenarkan aturan Allah secara mutlak. Membenarkan segala aturan Allah tanpa keraguan. Salah satu kisah yang menggambarkan sifat tashdiq ini adalah kisah tentang abu bakar r.a. yang membenarkan dengan yakin tanpa keraguan peristiwa isro’ mi’roj yang dialami rasulullah. Jujur juga merupakan bagiandari tashdiq, dengan jujur berarti kita telah menempatkan kebenaran diatas kebaikan. Jujur disini, bukan melulu tentang perkataan dan perbuatan terhadap orang lain, melainkan jujur terhadap hati dan diri kita sendiri. Sebagai contoh, suatu hari di suatu madrasah sedang diadakan ujian, lalu semua siswa mulai mengerjakan ujian, ditengah tengah ujian ternyata salah seorang siswa ketahuan menyontek oleh sang guru. Tidak marah, sang guru bertanya “bagaimana perasaanmu jika nilaimu yang kau dapat dari mencontek ini masuk ke raport?” siswa itu hanya diam. Sang guru kembali bertanya “bagaimana jika nilaimu yang masuk ke raport ini kau gunakan untuk melamar pekerjaan?”, siswa itu kembali hanya diam. “bagaimana jika dengan nilai hasil mencontekmu ini kau berhasil mendapat pekerjaan?”, siswa itu mulai bergeming. Sang guru menambahkan, “lalu bagaimana perasaanmu jika kau berhasil mendapatkan uang dari pekerjaanmu itu, lalu kau berikan untuk menafkahi keluargamu?”. Tanpa banyak bicara siswa itu meminta maaf kepada sang guru, lalu dia memohon ampun kepada Allah swt. Dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwasannya dengan berbuat satu perbuatan tidak jujur maka kita telah membuat jalan yang akan melewati perbuatan perbuatan tidak jujur lainnya. Hal ini bukan hanya tentang perbuatan tidak jujur kepada orang lain namun juga diri kita sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Saudara ke blog KAMMUS FKG UGM ini, semoga silaturahmi tetap terjaga
 
 
Blogger Templates