KANTIN (KAJIAN RUTIN)
PEMIMPIN SEBAGAI TELADAN
Seorang pemimpin itu harusnya
seperti apa sih? Ketika pertanyaan itu dilontarkan ke orang-orang, akan banyak
jawaban yang kita dapat. Tetapi akan ada seluruh jawaban itu akan menjurus ke
satu poin utama. Seorang pemimpin haruslah bisa menjadi teladan bagi umatnya.
Lantas pemimpin yang seperti apa sih? Berikut resume singkat Kajian Rutin
(Kantin) jum’at lalu (20/11) mengenai “Pemimpin Sebagai Teladan”.
Islam mengkaji seorang pemimpin
sebagai suatu hal yang sangat penting. Begitu pentingnya sosok seorang pemimpin
hingga islam mengajarkan untuk tidak ada vakum kepemimpinan. Bahkan ketika
wafatnya Rasulullah, umat islam lebih dahulu membicarakan tentang pemimpin
pengganti rasulullah dibanding proses pemakaman rasullah. Tidak hanya itu,
begitu pentingnya seorang pemimpin dimata islam, hingga dianjurkan jika ada dua
orang yang berpergian bersama, maka satu orang diantaranya haruslah menjadi
pemimpin dalam perjalanan tersebut.
Betapa pentingnya seorang pemimpin,
tentunya kita tidak bisa sembarangan memilih seorang untuk menjadi sosok
pemimpin. Nah, berikut karakter-karakter yang bisa menjadi teladan yang
sepatutnya dimiliki oleh sosok seorang pemimpin.
1.
Seorang pemimpin bukanlah orang yang meminta ‘jabatan’.
Ia tidak berambisi terhadap jabatan ‘pemimpin’, tetapi ia dapat
menjadikan jabatan yang dimilikinya itu untuk mensejahterakan umatnya.
2.
Seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, cerdas, dan memiliki potensi untuk kebaikan
umat.
Sebagai contoh Umar Bin Khattab yang dikenal memiliki
karakter ideal sebagai seorang panglima, tetapi rasulullah tak pernah
menjadikan beliau panglima perang, karena rasulullah tahu bahwa potensi lain Umar Bin Khattab adalah
sebagai negarawan. Maka rasulullah menyiapkan Umar Bin Khattab sebagai seorang
negarawan.
Pemimpin juga harus cerdas, salah satunya adalah dengan memiliki kemampuan ber
Al-qur’an yang baik, memahami Sunnah-sunnah rasulullah dan kaidah fiqih dengan
baik pula.
Seorang pemimpin sebaiknya harus akrab dengan buku,
ilmu, dan kajian-kajian ulmu, dengan begitu ia akan memiliki wawasan yang luas. Sebagai contoh
adalah Umar Bin Khattab yang semasa muda pernah disuruh untuk berdagang ke
Persia. Bukannya justru berdagang, beliau justru memilih untuk belajar dan
melihat-lihat bangunan di Persia.
3.
Pemimpin harus penyantun, penuh kasih sayang, lemah lebut, dan ramah.
Rasulullah memiliki sifat lemah lembut yang menjadikan rasulullah disukai
oleh para sahabat. Karena pemimpin yang kasar dank eras tidak akan mendapat
simpati bahkan ketaatan dari umatnya. Padahal seorang pemimpin bukanlah
siapa-siapa tanpa umat yang dipimpinya.
4.
Pemimpin harus bersahabat, terbuka, memiliki sifat yang cair serta kehangatan.
Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah tidak bersikap kaku sama sekali. Tak
jarang ia bercanda, namun tetap dengan candaan yang baik, yaitu candaan yang
tidak berbohong dan tidak menyakiti orang lain.
5.
Pemimpin harus berani, sportif, dan memiliki fisik yang kuat.
Pada zaman kekhalifahan Rasulullah, umat islam berperang sebanyak 3 kali
dalam setahun. Pada tiga tahun pertama, peperangan dilakukan disekitar Madinah,
dan pada lima tahun berikutnya, peperangan dilakukan jauh dari Madinah untuk
ekspansi wilayah islam. Bahkan Rasulullah melakukan perang badar pada usia yang
sudah menginjak 54 tahun.
Ketika membahas tentang peperangan, banyak yang bertanya mengapa perang
harus dilakukan? Perang dilakukan untuk menyebarkan ajaran islam pada zaman
rasulullah, tetapi di zaman sekarang, perang tidak harus diakukan dengan cara
kekerasan tersebut.
Pada zaman sekarang, pemimpin harus bisa melakukan perang-perang
advokasi, terutama advokasi tentang ajaran islam untuk memberi pemahaman bahwa
islam tidak boleh dipahami secara parsial, juga untuk memerangi penyimpangan
terhadap ajaran islam, serta advokasi dari upaya-upaya pengaburan (sebagai
contoh orang-orang yang memiliki pemikiran bahwa islam adalah teroris)
6.
Pemimpin harus dapat dipercaya (Shidiq/ Al-Amin).
Masyarakat qurais sangat percaya kepada Rasulullah dengan menitipkan barang dagangannya
kepada Rasulullah. Biarpun mereka membenci dakwah islam yang dibawa oleh
Rasulullah, tetapi mereka tetap menitipkan barnag dagangannya kepada Rasulullah
karena rasulullah adalah orang yang jujur
dan dapat dipercaya.
7.
Pemimpin harus Tawwadu’.
Seorang pemimpin tidak boleh memiliki sifat tinggi hati atau sombong, ia
juga tidak boleh semena-mena. Seorang pemimpin harus rendah hati.
8.
Pemimpin harus memiliki ksediaan untuk memaafkan dan berlapang dada.
Ketika seseorang menjadi pemimpin, ia akan dihadapkan oleh umat yang memiliki
berbagai karakter. Dalam memahami setiap karakter tersebut, seorang pemimpin
harus bisa memaafkan. Sebagai contoh adalah kisah hindun, seorang yang di zaman
jahilnya pernah membunuh paman nabi yaitu Hamzah kemudian secara keji membelah
tubuh hamzah dan mengunyah hatinya. Kemudian, saat Fathul Makkah, Hindun
menyatakan dirinya masuk islam dan berbai’at kepada Rasulullah. Pada awalnya,
Rasulullah terlihat belum bisa memaafkan Hindun tetapi ia tahu sebagai seorang
pemimpin, ia harus bisa memaafkan
umatnya.
9.
Pemimpin harus bisa menepati janjinya.
Dahulu, Rasulullah pernah menjanjikan Surakah gelar Qisrah apabila Persia
berhasil ditaklukkan. Namun, hingga akhir hidupnya, Rasulullah belum bisa
memenuhi janji tersebut. Maka, dengan bantuan dan izin Allah swt, Allah
memenuhi janji Rasulullah kepada Surakah. Saat Persia berhasil ditaklukkan di
zaman Umar Bin Khattab, Umar Bin Khattab menghadiahi Surakah dengan gelar
Qisrah.
10.
Terakhir, seorang Pemimpin harus sabar.
Itulah ringkasan singkat tentang
“Pemimpin Sebagai Teladan” yang dijelaskan dalam Kantin. Semoga, kajian ini
dapat memberi manfaat dan tambahan ilmu serta menambahkan keimanan kita kepada
sAllah swt. Aamiin ya Rabbal ‘alamin J
(Fi)