Pemuda Muslim dan Indonesia
“Dan hendaklah ada diantara kamu
segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar, dan itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. 3 : 104)
Pemuda
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “pemuda” dapat diartikan sebagai
orang yang masih muda atau orang muda. Menurut Ridwan, “Pemuda ialah mereka
yang dimanapun, dalam situasi bagaimanapun, selalu bersemangat, berfikir
tentang bagaimana mengubah yang buruk menjadi yang baik, mencontoh dan
memahamkan yang benar, dan selama proses tersebut mereka sendiri tetap berproses
menjadi lebih baik. Terlepas dari berapapun umur mereka, mereka layak disebut
pemuda.”[1]
Sepanjang sejarah Indonesia, pengertian pemuda berubah dari masa ke masa. Pada masa awal pergerakan nasional, pemuda diartikan sebagai kalangan terpelajar, baik para pelajar sekolah menengah, maupun pelajar sekolah tinggi yang mendapat pendidikan Barat, tinggal di kota, dan mengenyam kebudayaan Barat melalui pendidikan. Mereka datang dari kalangan priyayi, menengah dan rendahan. Mereka inilah yang menjadi motor penggerak tumbuhnya pergerakan nasional.
Pada tanggal 20 Mei 1908, dr. Wahidin Sudirohusodo dan juga para pemuda pelajar STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) bersama-sama mendirikan suatu perkumpulan yang merupakan organisasi moderen pertama di Indonesia. Organisasi tersebut dikenal dengan nama Budi Utomo dengan Dr. Soetomo sebagai ketuanya. Tujuan dari dibentuknya perkumpulan pemuda tersebut tak lain adalah untuk memajukan pendidikan dan meninggikan martabat Indonesia, karena mereka percaya ditangan pemuda-lah harapan akan kebangkitan Indonesia itu tergenggam erat.
“Berikan 10 orang pemuda dan aku akan mampu memindahkan sebuah gunung dan berikan aku 100 orang pemuda maka aku akan dapat menggerakkan dunia” pernyataan populer tersebut ditegaskan Bapak Proklamator Republik Indonesia Bung Karno mengenai arti pentingnya posisi pemuda.
Sepanjang sejarah Indonesia, pengertian pemuda berubah dari masa ke masa. Pada masa awal pergerakan nasional, pemuda diartikan sebagai kalangan terpelajar, baik para pelajar sekolah menengah, maupun pelajar sekolah tinggi yang mendapat pendidikan Barat, tinggal di kota, dan mengenyam kebudayaan Barat melalui pendidikan. Mereka datang dari kalangan priyayi, menengah dan rendahan. Mereka inilah yang menjadi motor penggerak tumbuhnya pergerakan nasional.
Pada tanggal 20 Mei 1908, dr. Wahidin Sudirohusodo dan juga para pemuda pelajar STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) bersama-sama mendirikan suatu perkumpulan yang merupakan organisasi moderen pertama di Indonesia. Organisasi tersebut dikenal dengan nama Budi Utomo dengan Dr. Soetomo sebagai ketuanya. Tujuan dari dibentuknya perkumpulan pemuda tersebut tak lain adalah untuk memajukan pendidikan dan meninggikan martabat Indonesia, karena mereka percaya ditangan pemuda-lah harapan akan kebangkitan Indonesia itu tergenggam erat.
“Berikan 10 orang pemuda dan aku akan mampu memindahkan sebuah gunung dan berikan aku 100 orang pemuda maka aku akan dapat menggerakkan dunia” pernyataan populer tersebut ditegaskan Bapak Proklamator Republik Indonesia Bung Karno mengenai arti pentingnya posisi pemuda.
Sebegitu besarnya
kah peran pemuda dalam kebangkitan bangsa ini ?
Pemuda Dalam Pandangan Islam
Islam
memberikan perhatian khusus kepada para pemuda. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda
dalam hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu
‘Anhu,
“Tidak akan
beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya
tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya
dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana
dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmidzi)
Selain menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan usia muda
dan para pemuda, hadits di atas jelas menunjukkan bahwa masa muda merupakah
salah satu nikmat terbesar yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan
Allah. Hendaknya setiap pemuda, baik laki-laki maupun perempuan, melaksanakan
hak dan kewajiban yang telah diatur dalam syari’at dan meniatkan segala usahanya
hanya untuk beribadah kepada Allah. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat
semangat yang begitu membara yang terpatri dalam jiwa setiap pemuda. Namun itu
semua tergantung dari masing-masing individu, apakah akan menggunakan semangat
tersebut untuk berjuang dijalannya sehingga berbuah syurga atau justru sebaliknya.
Pemuda Islam adalah pemuda yang dengan gagah berani bertarung dan setia
berdakwah demi kejayaan Islam. Salah satu profil pemuda Islam yang terkenal di
masa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihu Wa Sallam adalah Mus’ab bin Umair Radiyallahu
Anhu. Kala syiar Islam datang untuk pertama kalinya,
Mush’ab yang masih muda pada saat itu segera memeluk Islam karena kecerdasan,
kemampuan, kebaikan dan talentanya yang luar biasa. Pada masa awal syiar Islam,
Mush’ab mengabdikan diri sepenuhnya untuk membela agama Islam.
“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk
manusia, kamu menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, kamu
beriman kepada Allah; dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman, niscaya akan lebih
baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (QS. 3 : 110)
Kabar
Pemuda (dan) Indonesia Saat Ini
Negara Indonesia
merupakan negara dengan jumlah populasi terbesar keempat di dunia, yakni dengan
jumlah penduduk lebih kurang 250.000.000 jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010,
menyebutkan bahwa 88,1% persen dari penduduk Indonesia secara keseluruhan
adalah beragama Islam. Berarti sebanyak lebih kurang 207.176.162 jiwa penduduk Indonesia adalah Muslim. [2]
Indonesia, yang
termasuk ke dalam Negara bagian timur, tak terlepas dari nilai-nilai
ke-timur-an yang terkenal dengan budaya sopan santunnya, mulai dari
berperilaku, berpakaian, berbicara, dan aspek perikehidupan lainnya. Namun
sayangnya, nilai-nilai tersebut seakan luruh seiring berkembang pesatnya zaman.
Budaya tersebut kini terasa terasingkan karena tergantikan oleh tenarnya budaya
kebarat-baratan yang lebih dibangga-banggakan oleh penduduk Indonesia kini.
Saat ini ada fenomena baru di negara kita. Para remaja
Indonesia, baik putra maupun putri sedang demam salah satu grup penyanyi
Indonesia ala Korea–girlband, JKT48. Beberapa menamakan diri
mereka sebagai “WOTA” (sebutan untuk fans JKT48). Selain masih
muda dan berwajah jelita, mereka juga multitalented, tak heran jika
remaja kita mengidolakannya bahkan sampai memimpikan untuk memiliki
pasangan seperti salah
satu dari personel mereka (JKT48,-pen)
Sangat
disayangkan ketika para pemuda yang diharapkan dapat membawa Indonesia menjadi
Negara yang unggul, justru sibuk sendiri mementingkan nafsu duniawinya –terbuai
dalam kenikmatan semu, berbuat sesuai kehendaknya, bersikap tak acuh pada
lingkungan sekitar dan tak peduli atas apa yang terjadi di negerinya. Lantas,
kalau sudah seperti ini bagaimana nasib Indonesia kedepannya ?
“…Hai manusia, sesungguhnya (bencana)
kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah
keni′matan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 10 : 23)
Bagaimana
Pemuda Muslim Bertindak untuk Bangsa ?
Sosok pemuda
mempunyai nilai sejarah tersendiri. Peran pemuda Indonesia senantiasa ada pada
lini terdepan dalam sejarah bangsa. Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda
1928, Proklamsi Kemerdekaan RI 1945, Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru
1966, dari Orde Baru ke Orde Reformasi 1988. Bahkan masyarakat Internasional
menyadari arti penting dan nilai strategis pemuda sebagai agen perubahan (agent of change) dalam pembangunan
bangsa.
Seorang pemuda muslim kini dirindukan kehadirannya, yakni
pemuda dinamis yang senantiasa menegakkan syari’at-syariatnya, menauladani Rasulullah Shalallahu
‘alaihi Wa Sallam yang merupakan sosok suri tauladan sempurna.
Generasi awal
Islam terkenal dengan ketangguhannya dalam membela Agama, berkaca pada
kehidupan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi Wa Sallam, serta kisah
para sahabat dan pahlawan Islam yang lainya. Mereka yang berperang di jalan
Allah. Mereka yang mati, meneteskan peluh dan darahnya untuk membela Agama
karena Allah. Dijanjikan atas mereka surga oleh Allah, bahkan orang-orang yang
gugur dijalan Allah dimuliakan dengan hidup di sisi Tuhannya.
Menjadi pemuda
muslim seharusnya tidak hanya berkutat pada “dunia-nya” sendiri—sibuk memikirkan
kehidupan dunia dan akhiratnya pribadi. Akan tetapi,
pemuda muslim ialah mereka yang peka dan peduli akan keadaan di sekitarnya,
berpegang teguh pada pendiriannya sebagai seorang muslim, dan senantiasa
menegakkan syari’atNya dimanapun ia berada. Pemuda muslim yang dinamis adalah
ia yang mampu melawan hawa nafsunya, bersemangat melawan kebodohan, berdiri tegak melawan kemaksiatan, berperang
terhadap fitnah-fitnah dan ideologi-ideologi yang melawan Islam, mengajak
kepada yang baik dan menjauhi yang buruk, semuanya ikhlas karena Allah.
Bagaimana cara kita–sebagai pemuda muslim– untuk memajukan Indonesia? Jawabannya
adalah dengan berpegang teguh diatas sunnah-Nya. Islam mengharuskan kita untuk senantiasa berdakwah,
meneruskan perjuangan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi Wa Sallam dan para keluarga serta sahabat beliau, menanamkan semangat untuk terus untuk
mengumandangkan ayat Allah di telinga orang-orang
kafir,
menyampaikan ilmu dalam kebaikan, serta saling menasihati untuk menjauhi apa
yang dilarang oleh Allah.
“Kamu adalah
sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh (berbuat) yang
ma’ruf dan mencegah yang munkar, kamu beriman kepada Allah; dan sekiranya Ahli
Kitab itu beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. 3 : 110)
Bukankah janji Allah itu pasti?
Yogyakarta, 3 Desember 2013
Apriliani Astuti
Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran
Gigi – UGM
Di tengah hiruk pikuk aktivitas
perkuliahan dan hobi
Sumber
Inspirasi :
Rakmanda, Andhika. 2011. Islam dan Pahlawan. Melalui cawankecil.blogspot.com, diakses pada tanggal 3 Januari
[1] Ridwan, Ahmad. 2013. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FKG
UGM. Wawancara. Selasa, 3 Desember 2013, 02:48 WIB.
[2]
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2010. Hasil
Sensus Penduduk Indonesia. Melalui bps.go.id. Tanggal akses 2 Desember 2011
[3] Shiddiqin adalah orang-orang
yang teguh pendiriannya
[4] Syuhada’ adalah orang-orang yang mati
syahid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar